Minggu, 10 Juli 2011

Jangan bungkam mulutmu,renungkan,dan bergerak lah


saatnya kaum sarinah agar bisa terbuka mata batin dan pikirannya,,&
bergerak lah meneruskan perjuangan ibu kita Kartini, ambil apinya R.A Kartini bukan abunya saja


        aku mulai tergerak untuk membahas tentang perjuangan wanita seperti R.A kartini yg harus kita jd inspirasi dan renungan kita semua para sarinah agar kita bisa melanjutkan semangat beliau dimasa yang selanjutnya.
aku orang yg kagum dan bangga pada beliau, mungkin hanya pemikiran ku aja sampai aku terinspirasi utk nulis unek2 yg ada diotak ku setelah itu, dari beberapa buku-buku yg kubaca, dll.
dan disini aku mau berbagi dari berbagai manapun yg akutau ,apa pun itu, dan dengan niat baik dimana sebagaimana mungkin saya berusaha untuk santun dalam menulis, saya putuskan untuk terus menulis. Apalagi, tulisan ku cuma kategorikan sebagai catatan harian dan opini, jadi sudah pasti cenderung subjektif, dan namanya juga catatan harian seorang mahasiswa yg bukan dari jurusan sastra, jangan berharap lebih dari kapasitas  ,& harap maklum ya ? hehehe
       Seperti biasa ,Hari Kartini memang masih dirayakan setiap tanggal 21 April. Akan tetapi, dari hampir semua perayaan yang digelar oleh instansi pemerintah maupun organisasi sosial, kebanyakan adalah perlombaan atau berpakaian tradisional. Sangat sedikit usaha untuk menggali kembali pikiran-pikirannya, mengambil semangat juangnya, hingga mewarisi perjuangan Kartini dalam konteks sekarang.
Menurut ku, adalah sangat berbahaya jika hanya melihat sosok Kartini sebagai perempuan berkebaya, bukan melihat kiprah dan gagasan-gagasan perjuangannya.Dari sekian banyak tokoh perempuan yang berideologis untuk bangkit berlawan, Kartini adalah salah satunya. Selain karena berani menentang  feodalisme,sosok Kartini yang berani bicara lantang di tengah jaman yang masih gelap.

Dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang memuat cita-cita etis Kartini dan gugatan terhadap diskriminasi perempuan, telah memotivasi perempuan Indonesia sejak dulu hingga sekarang untuk berjuang terus mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Kartini menjadi simbol perjuangan perempuan.

    Kita sering menyaksikan di tengah-tengah masyarakat kita, perempuan masih dianggap ’’ratu’’ dalam rumah tangga, sehingga seluruh persoalan di dalamnya harus menjadi tanggung jawab perempuan. Dengan demikian, waktu perempuan lebih banyak tersita untuk mengurus dapur dan anak.

    Hal ini tentu berimplikasi terhadap berkurangnya aktivitas perempuan dalam kegiatan masyarakat. Bahkan, ini menguatkan anggapan di masyarakat bahwa perempuan memang pantas di rumah, karena perempuan adalah makhluk lemah yang tak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan di luar, tidak memiliki kesanggupan untuk berpikir dan berefleksi, serta memiliki kepribadian yang lebih pasif.
banyak persoalan masih tersisa untuk dipertanyakan ulang di era modernisasi kini, jika tidak hendak dikatakan mendekonstruksi kembali, terutama berkaitan dengan perjuangan perempuan Indonesia sampai sejauh ini. Hingga kini jika dilihat masih banyak kaum perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan yang memadai, kesehatan yang baik dan selalu menjadi kaum termarginalkan. Masih banyak kaum perempuan yang mengalami penindasan, pelecehan dan kekerasan fisik maupun psikis.

    Kalangan aktivis perempuan yang senantiasa menyuarakan emansipasi, Meski era modernisasi telah menggaungkan kebebasan perempuan untuk berbicara dan mendapatkan hak yang sama, setara dengan kaum laki-laki, dan adanya persamaan gender. Apakah di masa yang akan datang perempuan tak harus lagi memperjuangkan kesetaraan gender .
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di ruang publik tidak lain adalah penerjemahan yang berkelanjutan dari cita-cita Kartini dalam surat-suratnya kala itu. Namun situasi dan latar historis perlu kiranya untuk dijadikan sandaran guna membaca substansi suara-suara kritik Kartini. Hal ini bukan semata ingin menunjukkan bagaimana Kartini mewakili kaumnya, berupaya untuk melepaskan belenggu penindasan, atau mungkin cengkraman budaya patriarki yang begitu melekat pada tradisi masyarakat kita. Akan tetapi ada baiknya menyimak dari sisi yang lain, khususnya bagaimana setiap kalangan pada masa itu berupaya serius untuk membangun persenyawaan dari setiap golongan yang ada untuk bersama-sama menempatkan nasionalisme kebangsaan menjadi cita-cita luhur untuk lepas dari kerangkeng kolonialisme, penindasan terhadap segenap anak bangsa yang melahirkan kemiskinan dan kebodohan.

Ya, sampai saat itu tiba perempuan harus terus berjuang untuk mendapatkan pengaruh sebagai penentu keputusan yang hingga kini masih rendah.
Contohnya saja, berapa banyak perwakilan perempuan dalam posisi berpengaruh dalam dunia politik dan ekonomi dunia, perempuan masih terus berada dibelakang layar, mendominasi angka kemiskinan, kasus kekerasan terhadap perempuan bahkan ada trans gender dalam penentuan jabatan atau besar kecilnya gaji.
Sudah saatnya kita menghapus trans gender yang berkedok modernisasi. Kini peran pemerintah sangat dibutuhkan, bukan hanya janji belaka. Mulai saat ini kaum perempuan harus bersatu agar tidak menjadi konsumsi publik belaka, tapi mampu memberikan peran pada perubahan negeri ini.

  Tapi mengharapkan perubahan datang dengan sendirinya hampir tidak mungkin. Seringnya ketika sedang prihatin dengan berbagai persoalan di negeri ini, lalu menjadi kritis, saya kemudian berbalik mengkritisi diri sendiri. Ya sudahlah saya sendiri, apa yang sudah saya lakukan untuk bangsa dan negara. Nihil.

Saya ini warga negara pasif, konsumtif, dan memang jujur saja, jiwa saya ini jiwa ‘menonton’.  Sering kali saya merasa, siapa saya hingga saya bisa didengarkan, dan bisa membawa perubahan? Mungkin ini masalahnya. Tidak ada motivasi dan tidak mau berbagi. Istilahnya, ignorant. Yang penting, saya cukup, keluarga saya cukup. Saya yakin, banyak yang seperti saya. Oleh karena itu, tidak banyak yang berubah, meskipun banyak yang berbicara tentang perubahan.

mungkin dengan merenungkan kembali aspek-aspek yg telah ada untuk bs kita perjuangkan,dan saatnya wahai sarinah bs memberi kontribusi,atau pergerakan yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah perubahan (perubahan yakni sesingkat waktu yg kita inginkan karna perubahan butuh proses)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar